12 Mei 2022 | Dilihat: 486 Kali

Penyakit Ternak Meluas, FPKS: Pemerintah Gagal Deteksi Dini

noeh21
Johan Rosihan
      
SKOR News, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Johan Rosihan menyesalkan kembali mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) hewan ternak,  penyaki pada itu ditemukan pada 1.649 sapi ternak di Jawa Timur dan Aceh.
 
Menurut Johan, hal itu menunjukkan Pemerintah gagal mengantisipasi masuknya penyakit ini yang diketahui membawa kerugian besar bagi dunia peternakan di tanah air.
 
"Saya menilai Pemerintah gagal melakukan deteksi dini PMK padahal ini merupakan penyakit hewan menular yang paling ditakuti di dunia karena kerugian ekonomi dan sosial yang ditimbulkannya sangat besar,” tutur Johan menanggapi keresahan masyarakat.
 
Johan Rosihan mendesak Pemerintah segera bertindak cepat dan tepat melakukan antisipasi meluasnya penyakit ini demi keamanan pangan nasional, apalagi akan memasuki momentum Idul Adha.
 
“Saya berharap Pemerintah harus bertanggung jawab dengan adanya kebijakan impor daging sapi dan kerbau yang berasal dari negara-negara yang tidak bebas PMK, hal ini berakibat fatal bagi pertahanan PMK,” kata Johan.
 
Politisi PKS ini mendorong Pemerintah melakukan isolasi di daerah kabupaten/kota yang diidentifikasi sebagai sentra peternakan yang muncul tersangka PMK, serta daerah yang berisiko tinggi seperti daerah yang menawarkan berbagai negara yang belum bebas PMK dan daerah pasokan penerima ternak ternak dari berbagai wilayah.
 
Johan meminta pemerintah lebih serius mewaspadai ancaman PMK ini karena berdampak luas secara sosial ekonomi di Indonesia.
 
“Saya mengingatkan bahwa wabah PMK ini bisa terjadi lebih cepat dari yang kita duga, situasi ini akan menyerang usaha rakyat sehingga upaya pengamanan maksimal terhadap usaha rakyat harus segera diprioritaskan,” tandas Johan.
 
Legislator PKS Dapil NTB ini tidak ingin wabah PMK ini menjadi ancaman baru yang mengerikan akibat kebijakan yang salah dan kinerja yang lambat dari pemerintah.
 
“Harus ada antisipasi yang sistematis dari wabah PMK ini sebagai ‘irbone desease’sehingga penanganannya memerlukan kecepatan dan ketepatan dalam bertindak,” cetus Johan.
 
Johan menambahkan, ancaman wabah PMK akan menyebabkan rendahnya pertumbuhan populasi ternak serta akan meningkatkan risiko abortus dadakan di antara ternak-ternak produktif.
 
“Wabah PMK selalu menjangkiti sapi, kerbau, kambing, domba dan jenis-jenis hewan sebangsanya, yang juga bisa menular pada manusia. Kasus PMK yang ditemukan di Jawa Timur dan Aceh harusnya meningkatkan kewaspadaan dini secara nasional dan harus meningkatkan pemantauan di seluruh daerah demi menjaga keamanan nasional,” kata Johan Rosihan dalam keterangannya di laman resmi FPKS, (12/5).

Dikonfirmasi terkait hal tersebut, Kepala Barantan Kementerian Pertanian belum memberikan tanggapan. *Marman